Selasa, 07 April 2009

Cerita Tentang PNS-PNS "Menganggur"

PADA tahun 2005, ketika Syaukani HR masih aktif menjabat Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), ada istilah yang trend di kalangan pegawai pemkab, yaitu THR. Namun kata itu bukan singkatan dari tunjangan hari raya, tetapi singkatan dari tiap hari Rabu. Istilah itu  muncul karena setiap pengumuman tentang mutasi atau pelantikan para pejabat, selalu dilakukan pada hari Rabu. Di hari itu, Ruang Serba Guna Bupati Kukar selalu dipenuhi pegawai, yang sebagian besar datang dengan harapan mendapat berita baik terkait kenaikan jabatan mereka. Hidayat, mantan Kasubdin Penataan Wilayah dan Konservasi Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kukar tengah asik mengisap rokok saat ditemui Tribun. Ia salah satu pria yang selalu datang ke ruang serba guna setiap hari Rabu. Sayangnya, selama itu ia tak pernah mendengar namanya disebut untuk dipromosikan.

"Saya berkarir sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) selama puluhan tahun. Saya sudah bekerja sebaik mungkin untuk meraih jabatan eselon III. Tapi, entah kenapa, tiba-tiba saya dinonjobkan (tidak dipekerjakan)," kata Hidayat saat berkunjung ke Tribun Kaltim Biro Samarinda beberapa waktu lalu.
Awalnya, Hidayat tak terlalu risau saat diberi posisi non job  pada 19 Oktober 2005.  Karena ia masih memiliki harapan besar namanya dipromosikan, setiap Rabu ia ada di ruang serbaguna. "Seangkatan dengan saya, ada ratusan eselon III dan IV yang dinonjobkan. Waktu itu saya sabar saja, karena yakin minggu depan akan dilantik. Tapi hingga saat ini tidak ada kabar saya akan ditempatkan dimana. Kalau rekan-rekan lain ada yang sudah mendapat posisi," ujarnya.

Pria yang bekerja sejak Distamben didirikan tahun 1995, mulai gusar. "Bayangkan, selama puluhan tahun berkarir hasilnya seperti ini. Sekarang, saya bingung mau ke kantor, mau masuk ruangan mana, kita duduk nanti yang kita duduki kursi orang. Sekarang, saya kan tidak punya kursi dan meja lagi," ujarnya. Hidayat datang bersama dengan rekannya yang juga pegawai eselon III. Namun, pria dengan postur tubuh tegap itu enggan namanya di tulis dalam koran. Ia menuturkan, sebagai PNS, dirinya merasa tak enak kalau tak dipekerjakan. Sebab setiap bulannya dirinya mendapat gaji.
"Gaji dapat seperti biasa, cuma tunjangannya saja yang tidak dapat. Tapi kita kan abdi negara, masa mendapat tapi kita nggak kerja. Tak enak kalau tak bekerja. Ada beban sosial kami terhadap masyarakat," ujarnya.

Mereka berdua mengaku, selama bekerja tak pernah berbuat masalah.  "Kami tidak diberhentikan tetap sebagai PNS, tapi tidak jelas kami bekerja dimana. "Sebentar lagi pensiun, Saat ini saja kalau ditanya orang saya bekerja dimana, bingung jawabnya," kata Hidayat seraya tertawa. Saat Tribun menanyakan hal ini kepada Kepala Distamben, Samuel Robert membenarkan jika kedua stafnya itu nonjob. "Tapi itu tidak terjadi pada era saya. Itu pada era Harry Maryadi (Kepala Distamben sebelumnya). Jumlahnya yang non job sampai sekarang ada 5 orang. Nanti, saya pertimbangkan agar memegang jabatan lagi," kata Samuel. Mantan Asisten II ini juga menuturkan pegawai-pegawai non job itu mungkin mengisi posisi 3 Kasubdin dan 1 Kasi yang belum masuk kerja. Mereka tidak masuk kerja sejak Samuel dimutasi menjadi Kadistamben menggantikan Harry Maryadi Maret lalu.(reo)

Sumber : kaltimpost.co.id dipublish 15 Mei 2008

0 komentar:

Posting Komentar