Senin, 13 April 2009

Densus 88 Bekuk Penyebar SMS Teror

BALIKPAPAN, TRIBUN - Mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), Hendi Yuzar  harus  berurusan dengan pihak berwajib. Pria berusia 20-an tahun itu ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 di rumahnya  Jl KH Dewantara Tenggarong, Selasa (6/5) pukul 14.00. Hendi  diamankan karena menyebarkan pesan singkat atau SMS berisikan ancaman bom terhadap seluruh kantor Pemerintahan Kukar.

Penangkapan dipimpin Direktur Direktorat Reskrim Polda Kaltim,  Kombes Pol Arief Wicaksono,  setelah mendapat laporan SMS yang meresahkan. Saat itu, Direskrim bersama Kepala Densus 88 Urip Widodo yang berada di Samarinda dihubungi anggota Kasat Intel soal  SMS meresahkan masyarakat Kukar. Dari itu, Direskrim memerintahkan untuk melacak nomor handphone penyebar SMS dan menangkap pelakunya.

Dua nomor itu kartu As dengan nomor akhir xxx 849 dan xxx4770. Nomor akhiran 849 yang beralamatJjl Sentosa Samarinda dicek ternyata nihil."SMS itu beredar lagi dengan nomor lain (xxx4770) dan dicek penyebar SMS berada di Tenggarong," jelas Arief mengenai kronologis penangkapan di Kantor Densus 88 Polda Kaltim, Selasa (6/5). Hendi terdaftar mahasiswa perguruan tinggi di Tenggarong. Ia diduga melakukan teror karena kecewa dengan kinerja pemerintah Kukar karena adanya perbedaan pembangunan Kukar antara kota dan desa-desa di daerah hulu Sungai Mahakam."Saya minta maaf kepada teman-teman dan masyarakat Kukar.

Secara pribadi saya punya niatan yang baik tapi caranya salah," ujar Hendi yang wajahnya ditutup jaket hitam. Saat ditanya Tribun, apa motif melakukan ancaman teror bom, Hendi menjawab untuk pengalihan opini.  Direskrim menghimbau agar asyarakat tidak gampang membuat teror. "Sebab dampaknya begitu luas bagi masyarakat seperti keresahan dan rasa tidak aman. Soal terkait dengan jaringan terorisme atau tidak, Direskrim menyatakan masih menyelidiki," kata Arief.

Berhamburan
Isu bom cukup mengagetkan. Mendengar kabar adanya bom diletakkan di gedung wakil rakyat itu, ratusan pegawai dan beberapa anggota dewan berhamburan keluar. Gedung yang tadinya dipenuhi ratusan pegawai dan anggota dewan itu lalu kosong melompong. Dari pantauan Tribun, rata-rata dari pegawai tersebut tidak langsung pulang. Mereka masih membicarakan isu bom yang baru saja menimpa mereka. "Tadi kaget, tiba-tiba ada pengumuman dari pengeras suara, kalau kita diminta untuk meninggalkan ruangan karena ada bom. Dengar itu, ya kita langsung turun tangga," kata staf Komisi II DPRD, Dewi. Saking paniknya, ia lupa membawa tas miliknya.

Ika, pegawai komisi II yang sedang hamil 7 bulan mengaku hal yang sama. Ketika tahu ada informasi itu, ia segera meninggalkanya ruangannya. "Tadi lagi ngetik-ngetik surat. Dengar kabar dari pengeras suara, cepat-cepat saja keluar," ucapnya. Pertemuan antara Komisi I, perwakilan KUD Rima Etam dan PT Alcon membahas masalah tanah pun terpaksa dibatalkan. Musmuliadi yang memimpin acara itu mengaku ini adalah pertama kalinya DPRD mendapat isu teror bom. "Tadi rapat baru saja mau dimulai. Kebetulan saya pimpin. Dapat informasi  itu, ya kita ikuti saja," kata Mus dengan nada santai.
Setelah semua pegawai dan anggota dewan keluar ruangan, sekitar 2 pleton aparat Polres Kukar yang terdiri dari satuan Samapta, Intel, Reskrim dan Dalmas serta dibantu dengan Satpol PP menyisir tiap sudut gedung yang terdiri dari 2 lantai itu.

Mereka memeriksa laci, tempat sampah dan tempat-tempat lainnya yang diperkirakan tempat bom berada. Polisi juga menggunakan alat metal detector (pendeteksi logam) untuk mendeteksi keberadaan bom. Setelah memeriksa seluruh ruangan, sekitar pukul 12.00, Wakapolres Kukar Kompol I Gede Yusa melalui pengeras suara mengumumkan, bahwa polisi tidak menemukan bom seperti yang informasi yang didapatkan. Polisi memastikan bahwa gedung dalam keadaan aman dan mempersilahkan pegawai DPRD untuk bekerja kembali.  (reo/m20)
Sumber : tribunkaltim dipublish 7 Mei 2008

0 komentar:

Posting Komentar