Terisolasi di Kabupaten yang Kaya Raya (1)
http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=92269

Jumat (4/3) cuaca cukup cerah. Tidak berpikir dua kali, media ini langsung tancap gas menuju Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sangasanga. Maklum, daerah ini terbilang terisoliasi terutama saat hujan mengguyur, karena jalan nyaris tak bisa dilalui kendaraan.

SEBENARNYA ada dua akses yang dapat di tempuh untuk mencapai Kelurahan Pendingin, darat dan sungai. Namun melalui sungai makan waktu cukup lama, sekitar 8 jam perjalanan. Lewat darat? Kondisinya sangat memprihatinkan. Licin saat hujan dan berdebu saat panas. Baik dari kecamatan menuju Pendingin maupun sebaliknya, warga selalu dihantui perasaan harap-harap cemas. Berharap tidak hujan dan cemas saat cuaca sedang mendung. Sebab jika tiba-tiba hujan pengendara roda 2 harus bekerja ekstra untuk dapat melalui jalan yang licin.

Dari Kecamatan Sangasanga, jarak tempuh ke Pendingin sebenarnya cuma sekitar 6 kilometer. Dari Jalan A Yani,  melalui SMK 2 dan SMP 2 Sangasanga. Sekitar 500 meter jalan sudah di aspal, tapi sudah mulai rusak dan  berlubang di beberapa titik. Memasuki RT 23 Kelurahan Sangasanga Dalam, kondisi jalan yang rusak terlihat jelas. Berbatu, berlubang, dan berlumpur saat hujan serta berdebu saat kondisi jalan kering. Panjang jalan ini sekitar 200 meter. Jalan ini kerap dilanda banjir, apalagi saat hujan deras.

Lepas dari jalan berbatu tadi, jalan tanah membentang di depan mata. Jalur sepanjang 1.500 meter inilah medan yang paling berat, khususnya bagi pengguna kendaraan roda 2. Terdapat sebuah tanjakan yang menikung. Disini pengguna jalan kerap “jatuh bangun.” Setelah melalui jalan tanah tersebut, terdapat jalan yang sudah disemenisasi. Itu pun tidak maksimal. Panjangnya sekitar 1.400 meter. Terdapat jalan tanah yang berdampingan dengan jalan yang sempat digunakan sebagai jalur hauling oleh perusahaan tambang batu bara. Saat ini jalan tanah tersebut sudah tidak difungsikan lagi.

“Saat masyarakat Pendingin ingin ke Sangasanga yang pertama dilihat adalah cuaca. Kalau mendung keinginan untuk ke Sangasanga atau keluar Pendingin diurungkan,” ujar Nanang Yusuf,  warga Kelurahan Pendingin yang bekerja sebagai staf Kelurahan. Jalan yang rusak menjadi alasan utama mengapa niat tersebut diurungkan. “Yang kasihan adalah siswa yang sekolah di Sangasanga. Saat hujan mereka kerap terlambat, karena harus menunggu jalan kering baru berangkat. Kami berharap perbaikan jalan segera dilakukan,” harapnya.

Senada, Mulyadi, Ketua RT 05 Kelurahan Pendingin mengatakan, kerusakan jalan juga berdampak pada roda perekonomian. Mobilitas pedagang dari dan ke Pendingin otomatis terkendala saat hujan turun. Tak hanya itu, guru dari Sangasanga yang mengajar di Pendingin juga kerap terlambat saat hujan turun, karena jalan sulit dilewati.

Setidaknya terdapat 16 perusahaan yang beroperasi di Kelurahan Pendingin. Warga berharap dengan banyaknya perusahaan seharusnya akses semakin mudah. “Jangan malah membuat masyarakat susah. Kami berharap pembangunan jalan segera dilakukan,” harap Mulyadi. Yang dia maksud adalah telah muncul rencana dari salahsatu perusahaan tambang untuk membangun jalan ke Pendingin. (oscar/ms/bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar