Hemat Sepatu, Berangkat Sekolah Pakai Boots
http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=92396

Jarak Kecamatan Sangasanga ke Kelurahan Pendingin hanya sekitar 6 kilometer, tapi waktu tempuh bisa lebih 30 menit, apalagi saat hujan. Ini karena kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Selain roda ekonomi, siswa dan guru baik dari Pendingin menuju Sangasanga maupun sebaliknya, sering terkendala.

TINGGAL di kabupaten yang kaya raya tapi seperti “dianaktirikan”. Inilah gambaran bagi 2.228 jiwa atau 757 Kepala Keluarga (KK) yang berdomisili di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sangasanga-Kutai Kartanegara. Ruang gerak warga sangat terbatas karena jalan yang rusak. “Saat hujan berangkat ke sekolah pakai sepatu boots. Hal ini untuk menghemat sepatu, karena kalau pakai sepatu sepatu kerja pasti cepat rusak. Jadi, sepatu ganti setelah tiba di sekolah,” ujar Gianto, kepala SD 013 Pendingin.

Dikatakannya, jalan yang licin saat hujan juga kerap membuat pengendara roda 2 terjatuh. “Saya juga pernah jatuh, tapi demi menunaikan tugas sebagai pengajar mau tidak mau harus berangkat ke sekolah. Apalagi sebagai kepala sekolah harus memberi contoh kepada guru yang lain,” ujar bapak 4 anak ini. Sejak 1987, Gianto sudah mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Pendingin. Asam garam melalui jalan yang rusak sudah dia lahap. Bahkan, sebelum ada motor dia menggunakan sepeda. “Sebelum ada motor, saya berangkat mengajar pukul 5.00 Wita menggunakan sepeda. Saya baru menggunakan motor pada 2001,” katanya sambil tertawa.

Untuk dapat melalui jalan tersebut, mereka menggunakan ban “tahu”—ban yang khusus untuk medan berlumpur. “Kalau tidak menggunakan ban “tahu” sulit melewati medan yang licin. Kalau ban motor sudah tidak dapat berputar karena penuh lumpur, pengendara harus kerja ekstra untuk membersihkan lumpur menggunakan air yang ada di kubangan jalan,” paparnya. Bukan hanya guru, tapi siswa dari Pendingin yang menuntut ilmu di Sangasanga juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan masyarakat.

Beruntung PT Indomining menyiapkan satu unit bus untuk transportasi pulang pergi siswa dari Pendingin.
Sementara itu, Emi Winarsih, guru SD 013 yang juga berdomisili di Sangasanga mengatakan, dia juga kerap terjatuh saat hujan karena jalan licin. “Kami berharap jalan segera diperbaiki,” ujarnya. Dia mengaku, dulu, saat hujan dia kerap meminta bantuan kepada perusahaan yang beroperasi di Pendingin supaya bisa mengantar ke sekolah, tetapi jawaban dari pihak perusahaan selalu bertele-tele dan ketika pulang dari sekolah harus mengemis-ngemis.

“Jadi saat ini saya tidak pernah lagi meminta bantuan perusahaan,” katanya. Diakuinya, saat hujan dia pasti terlambat. Walau begitu, dia tetap berangkat ke sekolah untuk menunaikan tanggung jawab sebagai pengajar. “Di Sangasanga jalan sudah jelek, di Pendingin juga, jadi ke mana-mana saya merasakan jalan yang rusak,” keluh Emi. Sebanyak 15 tenaga pengajar di SD 013 dan 8 diantaranya berdomisili di Sangasanga.
Sementara itu, Syamsul Mubaroh, kepala SMP 03 Pendingin mengatakan, saat ini ada bantuan kendaraan dari salah satu perusahaan yang beroperasi di Sangasanga.

“Dulu, sebelum ada bantuan  kendaraan, sering jatuh bangun saat hujan. Yang kasihan adalah ibu guru, apalagi yang pakai jilbab,” ujarnya. Dia melanjutkan, perusahaan yang beroperasi di Pendingin lebih dari satu, jadi seharusnya perusahaan-perusahaan itu bisa bekerjasama memperbaiki jalan. “Kalau dibebankan pada satu perusahaan, bisa saja perusahaa itu keberatan,” katanya. Mengenai guru yang mengajar di SMP 03, dia mengatakan,  sebanyak 16 guru yang mengajar di SMP 03 semuanya berdomisli di Sangasanga. Dia juga berharap perbaikan jalan segera dilakukan. (Oscar/ran)

0 komentar:

Posting Komentar