Selasa, 22 Februari 2011

Status RSBI SMAN 1 Tenggarong Terancam

Kekurangan Kelas, Atap Ditambal

Bagi berita/artikel ini kepada rekan atau kerabat lewat Facebook
Pelatihan jurnalistik yang digagas Persatuan Wartawan Kutai Kartanegara (Perjaka) di SMA Negeri 1 Tenggarong, Sabtu (19/2) lalu, seolah jadi ajang curhat bagi guru dan siswa di sekolah tersebut. Betapa tidak, selama bertahun-tahun sarana prasarana di sekolah favorit ini belum memadai. Kondisi sejumlah ruang belajar memprihatinkan, terutama di bangunan lama.

PLAFON banyak terkelupas, atap bocor, dan sesekali air ikut mengucur ke dalam kelas bila hujan deras. Kondisi ini, menurut Kepala SMAN 1 Tenggarong Akhmadi, sudah lama dialami guru dan siswa. Jika sudah begitu, siswa yang belajar di ruang yang terkena hujan, tepaksa “istirahat” menunggu hujan hingga reda supaya pelajaran dapat dilanjutkan.

Akhmadi makin gundah ketika sekolah yang dipimpinnya itu ditunjuk sebagai satu-satunya Sekolah Rintisan Berstaraf Internasional (RSBI) di Kutai Kartanegara (Kukar). Ia gulau bukan karena tak dapat bersaing dan menghasilkan anak didik yang berkualitas, melainkan sarana kelas yang terbatas. Dari 985 siswa yang terbagi di 27 kelas, sekolah yang terletak di Jl Mulawarman Tenggarong ini, masih kekurangan 9 kelas.

“Untuk mengantisipasi supaya semua siswa tetap bisa belajar di pagi hari, kami terpaksa meminjam kantor Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga, Red.),” ujar Akhmadi ketika memberi sambutan pada pembukaan pelatihan jurnalistik tersebut. Kebetulan letak kantor Dispora tepat berada di depan SMAN 1 Tenggarong, sehingga ketika memohon untuk dipinjamkan kantor itu untuk “disulap” jadi ruangan kelas, Pemkab Kukar pun merespons dengan baik.

Saat ini, ada 5 kelas yang mampu tertampung di Dispora, termasuk ruang kepsek. Sementara ruang kepsek yang dulu dan atapnya sudah berkali-kali ditambal tapi masih bocor saat hujan deras, kini menjadi ruang Bimbingan Konseling (BK). Inisiatif meminjam kantor Dispora itu, karena sudah 7 tahun lamanya terjadi dobel shift. Ada yang masuk pagi dan sore. “Sementara syarat RSBI harus masuk pagi dan tidak boleh dobel shift,” ujarnya.

Upaya memohon usulan rehab bangunan atau relokasi, sudah berkali-kali diajukan. Sejak 2003, lanjut Akhmadi, usulan pembangunan SMA 1 sudah masuk di pemkab. Bahkan sejak ia ditunjuk sebagai kepsek 2008, selama 3 tahun terakhir selalu mengajukan usulan. Mulai Penjabat (Pj) Bupati Sjachruddin, kemudian berganti Pj Bupati Sulaiman Gafur, hingga bupati definitif Rita Widyasari.

“Setiap bupati yang berkunjung ke SMA 1 saat UN (Ujian Nasional, Red.), juga kita perlihatkan kondisi SMA yang memerlukan pembenahan. Mereka semuanya setuju, tapi sampai sekarang belum ada realisasi,” sambungnya. Akhamadi juga mengaku sudah hearing dengan Komisi IV DPRD Kukar yang membidangi pendidikan, tapi lagi-lagi belum ada kejelasan.

Belakangan, dia mendengar kabar jika di 2011 ini, Bappeda menganggarkan Rp 55 miliar untuk rehab total bangunan lama. “Tapi anggaran itu katanya hilang. Mungkin dicoret, saya juga tidak tahu. Yang pasti, tahun ini belum ada kejelasan,” ucapnya. Maklum, jika sekolah ini sangat memerlukan perhatian. Mengingat usianya dibangun di zaman penjajahan Belanda sekitar 1940. Bahkan banyak tokoh Kaltim yang dicetak sekolah ini, salahsatunya Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. (ibr/kri)

Source : http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=90793

0 komentar:

Posting Komentar