Gaya hidup Syaukani HR bisa tergambar dalam setiap kebijakan semasa pemimpin Kutai Kartanegara (Kukar). Kesenangannya membuat acara berskala nasional bahkan internasional, kerap menjadikan Kota Raja, Tenggarong sebagai tuan rumah multi-event nan spektakuker. Misalnya, pergelaran tinju dunia dan smack down. MESKI sempat ditentang dari berbagai kalangan termasuk anggota DPRD Kukar dan mahasiswa, event internasional Big Japan Pro Wrestling (BJW) alias gulat bebas ala smack down terap terlaksana. Dikemas di atas ring tinju, seni olahraga kekerasan asal Negeri Sakura itu sukses digeber di halaman parkir Gedung Puteri Karang Melenu (PKM) Tenggarong Seberang, 24 November 2006 silam.

Sebanyak 20 atlet terdiri dari 14 putra dan 6 putri dilibatkan. Layaknya pertandingan smack down di layar kaca, mereka juga berpasangan secara bergantian mempertontonkan adu kekuatan teknik pukulan sembari diselingi gerakan jenaka. Syaukani yang duduk di deretan kursi depan bersama unsur Muspida menyaksikan pertunjukan itu, terkadang tertawa terpingkal-pingkal. Tapi, tak jarang juga ada kaum ibu lebih menutup matanya, karena adegan yang dimainkan tergolong keras.
Entah siapa inisiator kegiatan itu, tapi yang pasti Syaukani sangat setuju digelarnya smack down, yang tujuannya selain hiburan rakyat Kukar juga sebagai upaya promosi wisata daerah.Kegiatan tersebut sebenarnya menimbulkan pro-kontra. Di kalangan pejabat dan pengusaha di Tenggarong menyatakan setuju. Sementara DPRD dan aktivis LSM menolak, alasannya dinilai hanya menghambur-hamburkan uang rakyat.

DISOKONG BATU BARA
Memang sempat terembus kabar bahwa acara itu akan didanai oleh Pemkab. Namun belakangan, HM Arsyad, sang promotor mengklarifikasi. Ia mengatakan, kegiatan itu disponsori beberapa perusahaan batu bara. “Jadi tidak ada istilah menghambur-hamburkan uang rakyat. Yang mendanai smack down ini dari pihak swasta. Mereka tergabung dari pengusaha batu bara,” ujar Arsyad, sembari mengestimasi biaya yang dihabiskan berkisar Rp 2 miliar. Arsyad lalu menyebut beberapa nama pengusaha batu bara yang selama ini beraktivitas di Kukar, seperti HM Noor Ali dan Mujiarno. Keduanya menggalang perusahaan batu bara lain untuk bergabung membantu pendanaan smack down.

Selain smack down, di Tenggarong juga pernah dua kali digelar pertandingan tinju dunia. Pertama, antara Chris John yang mempertahankan gelarnya melawan petinju kidal Jose “Cheo” Rojas, asal Venezuela, 3 Desember 2004. Sebelumnya, Chris John dijadwalkan bertanding dengan Derrick Guinner, petinju asal AS. Tapi lantaran tak ada kepastian sehingga WBA memutuskan lawan baru buat Chrisjon, yakni Rojas, persis dua pekan sebelum pertandingan. Saat itu, sejumlah tamu dan undangan penting dari Jakarta hadir, termasuk Menpora Adhyaksa Dault. Namun sayangnya, pertandingan yang direncanakan sampai 12 ronde di Stadion Rondong Demang Tenggarong itu, wasit menghentikannya di ronde ke-4 karena pertarungan berdarah akibat benturan kepala. Sabuk gelar juara bertahan tetap dipegang Chris Jhon dengan keputusan seri atau technical draw.
Selanjutnya, pergelaran tinju kedua tak kalah semarak. Duel tinju dunia bertajuk Kutai Kartanegara World Furious Featherweight Championship 2006 digelar di lapangan parkir Putri Karang Melenu (PKM) Tenggarong. Kerana posisinya di dekat jembatan Kartanegara, tempat itu kemudian dipopulerkan menjadi Golden Gate Arena, dengan harapan pertandingan tinju bisa digelar kapan saja di areal ini.

Tontonan olahraga adu jotos yang dilangsungkan 4 Maret 2006 itu kembali menampilkan duel Chris John sebagai juara bertahan dunia kelas Bulu versi WBA (World Boxing Association). Penantangnya dari Meksiko, Juan Manuel Marquez. Menjelang kemenangan melawan Marquez, Chris John memproklamirkan julukan barunya sebagai “The Dragon” alias “Sang Naga” menggantikan julukan lamanya “The Indonesian Thin Man.” Berbeda dengan laga tinju sebelumnya di Stadion Rondong Demang Tenggarong, lokasi di Arena Golden Gate panitia memutuskan memungut biaya. Ketua Panitia Tinju Dunia Samsuri Aspar mengatakan, tiket masuk yang dipatok panitia terbagi tiga jenis harga yaitu mulai dari Rp 1 juta, Rp 750 ribu dan Rp 250 ribu.

“Untuk pertandingan ini kami telah menyiapkan 2.000 lembar tiket masuk berikut tempat duduknya yang tidak jauh dari ring side. Sedang untuk penonton yang berdiri tidak dipungut bayaran,” ungkap Samsuri, dua hari jelang pertandingan.Walau tak ada pernyataan resmi dari Syaukani maupun Samsuri terkait berapa dana APBD yang dikucurkan setiap event tinju dunia, informasi yang beredar nilainya mencapai miliaran rupiah. Pada suatu kesempatan, HM Arsyad, pemilik Arsyad Promotor pernah mengatakan bahwa biaya untuk setiap pergelaran tinju dunia mencapai antara Rp 7 miliar sampai Rp 10 miliar. Namun dalam pendanaannya bukan seluruhnya dari pemkab, melainkan ada juga dari sponsor.

MIKE TYSON
Tak puas menggelar dua kali tinju dunia, Pemkab Kukar masih berhasrat menjadi tuan rumah pada pertandingan kedua Chris John vs Jose Cheo Rojas. Rencananya, pertarungan kedua ini pemkab bersama promotor akan menghadirkan mantan juara tinju kelas berat, Mike Tyson. Jadwal pertandingan pun sudah ditetapkan WBA, tepatnya 17 Febuari 2007. Berhubung kondisi kesehatan Syaukani tidak memberi tanda-tanda kepastian, sebab kala itu mantan ketua Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) ini masih dirawat di RS Gading Pluit Jakarta Utara, sehingga batal.

Untuk diketahui, Syaukani mulai masuk RS sejak 18 Desember 2006 dan baru keluar tanggal 15 Maret. Itupun esoknya, Kaning begitu akrab disapa langsung dijemput paksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas tuduhan berbagai kasus korupsi. Ketidakjelasan kondisi kesehatan dan kasus Kaning, berimbas pada rencana pergelaran tinju dunia. Duel Chris Jhon vs Rojas pun batal. Dengan begitu, praktis harapan promotor mendatangkan “Si Leher Beton,” begitu julukan Mike Tyson pupus. Tempat pertandingan akhirnya digeser di Stadion Tenis Indoor, Jakarta, dan Chris Jhon membuktikan ketangguhanya mengalahkan Rojas, 3 Maret 2007.

BALAP MOBIL
Perhatian Syaukani di dunia olahraga, bukan hanya di tinju. Pembalap muda Alexandra Asmasoebrata atau Andra –kala itu masih berusia 16 tahun—dijadikan anak angkat oleh Kaning. Dalam jumpa persnya di wisma Pemkab Kukar, Menteng Jakarta, 8 Juni 2004, Syaukani kepada wartawan mengatakan, dukungan dana yang diberikan kepada Andra bersifat pribadi dan tidak dalam kapasitasnya sebagai bupati. “Apa yang saya lakukan ini semata-mata untuk mendorong perkembangan olahraga otomotif di Indonesia,” tegas Syaukani. Apalagi, menurut dia, prestasi Andra yang mengagumkan membuat runner-up Asian Karting Open Championship 2003 kelas Yunior Rotax Max di Malaysia itu diangkat Pemerintah RI sebagai Duta Promosi Pariwisata Indonesia 2004-2005.
“Andra adalah duta pariwisata Indonesia. Kita harus mendukung dia agar pariwisata kita maju,” ujar Syaukani.

Andra yang pernah tergabung dalam Tim Pertamina Bank Mandiri mengikuti Kompetisi Balap Mobil Formula Campus (Renault) 2004. Selanjutnya, Seri I dan II kompetisi di Zhuhai, China, 6-8 Agustus 2004, Pemkab Kukar termasuk salah satu sponsornya. Terlihat di dada Andra tertuliskan dua hufuf “Kutai Kartanegara” beserta logo pemkab. Berapa yang dibayar pemkab mensponsori balap mobil itu? Hanya Syaukani yang tahu
Sumber : Kaltim Post


SYAUKANI HR tidak banyak berkomentar ketika diminta tanggapannya atas vonis 6 tahun yang dijatuhkan Mahkamah Agung (MA) atas kasus korupsinya. “Saya belum terima kabar masalah itu. Secara formal, saya juga belum menerimanya. Kalau benar, ya, innalilahi wa innailaihi rajiun. Bagi saya sejak dulu, yang terjadi maka terjadilah. Cepat atau lambat, pasti ada putusannya,” tutur Syaukani yang dihubungi malam tadi. Ia juga mengaku, tak mau terlalu banyak memikirkan kasus yang menjeratnya. “Kalau memang harus dijalani, ya dijalani,” katanya. Soal putusan MA yang lebih berat dari yang dijatuhkan Pengadilan Tinggi yang hanya vonis 2,5 tahun, ia tak mau berkomentar. “Tidak ada komentar lain dari saya. Hanya itu saja. Innalilahi wa innalilhi rajiun. Selesailah itu sudah,” ucapnya dengan nada yang agak berat.


Sumber : kaltimpost.co.id dipublish tahun 2007

0 komentar:

Posting Komentar